Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari beribu-ribu pulau, dan berbagai suku telah lama menetap di pulau-pulau itu. Masing-masing suku memiliki kekhasan dan keunikan tersendiri, yang terus dilestarikan dan dijaga secara turun-temurun berupa adat istiadat dan budayanya.
Salah satu hasil karya dari banyak suku di Indonesia adalah karya ragam hias dan ornamen, yang memiliki perbedaan di setiap daerah dan suku bangsa. Perbedaan ragam hias banyak dipengaruhi oleh lingkungan alam, flora dan fauna di tiap suku.
Ragam hias merupakan ciri khas yang menjadi identitas suatu daerah, yang banyak mengambil flora dan fauna yang ada di daerahnya. Misalnya ragam hias Cendrawasih dari Papua, ragam hias Singo Barong dari Bali dan masih banyak lagi contoh ragam hias lainnya.
Tidak hanya untuk memenuhi unsur keidahan dan ciri khas suatu daerah, ragam hias juga memiliki makna simbolik. Contohnya ragam hias Ulam Sari Emas yang berasal dari Bali memiliki makna simbolik kemakmuran dan kesejahteraan untuk masyarakat nelayan yang tinggal di pinggiran pantai.
Karya ragam hias diciptakan dengan penggunaan dan pengolahan warna yang begitu matang, sehingga menghasilkan warna yang sangat indah dan menarik. Tidak hanya pemilihan warna yang tepat, namun harus berpadu dengan pemilihan pola hias yang juga harus tepat sehingga menghasilkan ragam hias yang indah dan berkarakter sesuai dari daerah masing-masing.
Seperti contoh ragam hias asal Kalimantan ini yang mengambil motif flora atau yang banyak dikenal dengan motif kembang munduk, yang menggambarkan keterikatan antara hubungan manusia dengan lingkungan.
Kalau yang ini contoh ragam hias asal Papua, yang banyak mengambil motif manusia dan hewan. Seperti contoh dibawah ini, dengan mengambil motif cendrawasih yang memiliki makna simbolik keindahan dan kekayaan fauna di Papua.
Sedangkan dibawah ini adalah contoh motif ragam hias asal Banjarmasin yang dikenal dengan kain Sasirangan. Sasirangan berasal dari kata menyirang, yang merujuk dari cara pembuatannya, yakni melalui proses menjelujur atau menyirang dengan menggunakan perintangan dan pewarnaan. Kain Sasirangan ini sudah didaftarkan Hak Kekayaan Intelektual (HKI) Departemen Hukum dan HAM RI.
Ciri-ciri Ragam Hias
Ragam hias tidak hanya sebagai karya budaya yang indah, akan tetapi juga penuh dengan makna simbolik. Warna yang dipilih pada ragam hias tradsional kebanyakan warna merah, putih, hitam, kuning. Keempat warna ini banyak ditemui pada ukiran di Toraja di Sulawesi Selatan, patung Asmat di Papua, dan tenun Sumba di Nusa Tenggara Timur.
Adapun makna dari warna-warna tersebut adalah, merah sebagai simbol api yang menunjukkan keberanian dan semangat, warna putih merupakan lambang kesucian, warna hitam merupakan warna tanah dan besi sebagai simbol kesentausaan dan keabadian, sedangkan warna kuning merupakan simbol keluhuran, kemuliaan, juga kegairahan.
Sedangkan motif ragam hiasnya bisa berupa tumbuhan dan hewan yang berasal dari daerah tersebut. Contohnya seperti di daerah pinggiran pantai di Bali yang memilih ikan, dan Papua yang mengembangkan motif burung Cendrawasih.
Di Toraja, ragam hiasnya banyak yang bermotif kerbau sebagai hewan yang memiliki nilai tinggi. Kerbau bagi suku Toraja, menggambarkan harapan akan datangnya kekayaan atau rejeki berkat kerja keras sehari-hari.
Keteraturan dan ketertiban alam merupakan ciri umum ornamen dan ragam hias Toraja yang penuh dengan abstraksi dan geometri yang teratur. Ragam hias Toraja juga mengandung arti dan nilai-nilai kehidupan yang berhubungan erat dengan falsafah hidup orang Toraja.
Makna atau arti dari ragam hias tersebut umumnya berupa nasehat-nasehat untuk menjalani hidup dengan baik dan benar, selalu bekerja keras, saling menghargai serta senantiasa membina persatuan dan kekeluargaan serta ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Ragam hias yang berada di daerah-daerah berkembang sesuai dengan adat istiadat serta kondisi lingkungan masyarakatnya. Berikut ciri ragam hias yang ada dibeberapa daerah.
Ragam Hias Papua
Ragam hias Papua memilih warna-warna yang cerah dan pola hias yang asimetris. Motif yang dipilih biasanya manusia dan hewan. Adapun motif ragam hiasnya antara lain; motif cendrawasih, motif Asmat, motif komoro, motif Tifa Honai yang menggambarkan filosofi rumah khas masyarakat Papua yang penuh kebahagiaan.
Motif Cendrawasif |
Motif Asmat |
Motif Komoro |
Motif Prada |
Sedangkan motif Prada yang menggambarkan kekayaan alam Papua, terutama tambang emas yang melimpah di Gunung Grasberg.
Ragam Hias Bali
Begitupun dengan corak ragam hias Kain batik Bali, juga memiliki aneka ragam.
Motif Batik Buketan merupakan tanaman bunga yang tersusun sepanjang kain, ditambah hiasan kupu-kupu, burung Hong, Bangau. Tidak ketinggalan sulur-suluran yang menambah keindahan.
Motif Merak abyorhokokai, yang menggambarkan keindahan burung Merak dan dihiasi kelopak menyerupai bunga Sakura.
Motif Ulamsari Mas, motif ini menggambarkan kesejahteraan dan juga kemakmuran masyarakat yang tinggal di pesisir pantai.
Motif Singa Barong yang menggambarkan sosok seekor binatang fiksi, penggabungan antara singa dan macan. Barong banyak terdapat pada kesenian di Jawa maupun di Bali.
Motif Penari Bali, motif ini menggambarkan seorang penari yang sedang memperagakan lenggok tarian khas Bali.
Motif Pisan, bermakna harapan, doa dan juga keselamatan. Motif ini biasanya diberikan kepada kekasih yang akan pergi jauh, harapannya agar bisa segera kembali dengan selamat.
Ragam Hias Kalimantan
Kalimantan juga memiliki corak ragam hias yang beragam. Contohnya motif kembang munduk, yang menggambarkan keterikatan hubungan antara manusia dengan lingkungan. Ada juga motif kembang mengalir, yang menggambarkan dukungan dari lingkungan atau keluarga untuk kehidupan masa depan.
Sedangkan motif Dayak latar Gringsing, memiliki makna akulturasi kebudayaan yang berbeda antara Dayak dan Jawa, bahwa dengan perbedaan itu tidak untuk saling bermusuhan tetapi saling melengkapi.
Ragam Hias Yogyakarta
Yogyakarta juga memiliki keanekaan ragam hias yang banyak diaplikasikan pada kain batiknya.
Motif Ceplok Grompol, yang melambangkan harapan orang tua agar semua hal baik seperti kebahagiaan, hidup rukun dan kesejahteraan bisa berkumpul untuk mempelai berdua.
Motif Kawung, merupakan motif yang melambangkan empat arah mata angin. Kawung juga berarti kesederhanaan raja, kesejahteraan dan keadilan.
Motif Parang atau dikenal juga dengan batik keris, dan merupakan motif paling kuat dibanding motif lainnya. Parang diartikan sebagai ombak lautan sebagai sumber tenaga alam, dalam hal ini yang dimaksud adalah raja.
Tentunya masih banyak lagi ragam hias yang belum dimasukan pada pembahasan ini. Tugas kita terus melestarikan budaya ragam hias di daerah masing-masing ya. Jangan sampai di kemudian hari ada negara yang mengakuinya, baru kita kaget dan marah-marah.. 😇